Pancing tonda

Mengenal Pancing Tonda


alat ini banyak Diaplikasikan di  maluku, dan trenggale, sedangkan di padang, jawa ada juga dan di mukomuko belum biasa
Salah satu alat tangkap untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis (permukaan) adalah pancing tonda. Alat tangkap ini banyak dioperasikan di beberapa wilayah di Indonesia. Kontruksi pancing tonda terdiri dari galah, tali pancing utama, kili-kili, tali pancing cabang, dan mata pancing. Mata pancing pada pancing tonda ada yang dilengkapi dengan umpan tiruan (hook With false bail), umpan tiruan yang dilengkapi dengan mata pancing (rapala), atau ada juga yang diiengkapi dengan umpan alam.

Kontruksi Pancing

Pancing tonda terdiri dari komponen-komponen yang penting, yaitu: (1) tali utama, bahan umumnya dari benang plastik monofilament dengan panjang tali bervariasi tergantung keadaan, umumnya antara 100-500 meter, (2) kili-kili, (3) tali kawat, (4) mata pancing tunggal atau mata pancing ganda, dan (5) umpan tiruan.

Daerah penangkapan

Daerah penangkapan untuk pancing tonda skala kecil hanya di sekitar perairan pantai, untuk yang berskala menengah dan besar biasanya di lepas pantai.
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

Diposkan oleh DKPMM,Bidang Tangkap

http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com/2011/05/mengenal-pancing-tonda.html

ALAT PENANGKAPAN IKAN GILL NET

ALAT PENANGKAPAN IKAN GILL NET

 


1. A. PENDAHULUAN
1. Definisi Alat Tangkap
Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring insang”, “jaring rahang”, dan lain sebagainya. Istilah “gill net” didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gilled-terjerat” pada sekitar operculum nya pada mata jaring. Sedangkan “gill net dasar” atau “bottom gill net” adalah jaring insang, jaring rahang yang cara operasinya ataupun kedudukan jaring pada fishing ground direntangkan pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal, dengan bahan jaring terbuat dari multi fibre.

1.1. Sejarah Alat Tangkap.

Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-ami”. Di Indonesia penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkan nya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dsb nya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang Bayeman), dan lain sebagainya. Tertangkapnya ikan ikan-ikan dengan gill net ialah dengan cara bahwa ikan-ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit (entangled) pada tubuh jarring

.
1.1. Prospektif Alat Tangkap

Prospektif gill net dasar atau bottom gill net di Indonesia sangat baik, hal ini dikarenakan secara kuantitatif, jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hal-hal yang mempengaruhi besarnya bottom gill net secara kuantitatif di Indonesia :
~        Bahan dasar (material) pembuatan bottom gill net mudah diperoleh
~        Proses pembuatan bottom gill net mudah
~        Harganya relatif murah
~        Fishing method dari bottom gill net mudah
~        Biaya relatif murah sehingga dapat dimilliki oleh siapa saja.


1. KONSTRUKSI ALAT TANGKAP ( BOTTOM GILL NET )

1. KONSTRUKSI UMUM
Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring.

 

Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan peemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju keatas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring didalam air yang bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terentang.

2. DETAIL KONSTRUKSI

Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak jaring akan telah tertentu. Karena jaring ini direntang pada dasar laut, maka dinamakan bottom gill net, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring itu sendiri.

3. KARAKTERISTIK

~        Set bottom gill net direntang pada dasar laut, sehingga yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan-ikan damersal.
~        Bottom gill net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas dan ris bawah serta dilengkapi dengan jangkar.
~        Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap baik udang maupun ikan.
~        Jaring gill net direntangkan pada float berbendera yang diletakkan pada kedua belah pihak ujung jaring tetapi tidak dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan itu sendiri.

5. BAHAN DAN SPESIFIKASINYA
Pengenalan bahan jaring sintetis dengan mutu yang tinggi telah merangsang perkembangan pemakaian alat ini. Hal ini disebabkan efisiensi penangkapan yang jauh lebih baik yakni 2-13 kali lebih tinggi pada PA monofillament yang transparant (jernih) dibanding dengan bahan serat alami (kapas, rami, rami halus).

1. Persyaratan
Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan rendahnya daya rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ lateral line sebelum ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill net harus disesuaikan dengan kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine.

Bahan dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam air, terutama sekali untuk penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi daya penginderaan dengan organ side line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang terlihat. Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan diri. Lebih lanjut diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas kapal tetapi tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang daya mulurnya tinggi untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran mata jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak boleh dipengaruhi air.

2. Macam dan Ukuran benang
PA continous filament adalah bahan yang paling lunak dari semua bahan sintetis dalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami adalah jauh lebih terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan kecoklatan merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada perikanan komersial.
Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran, ukuran mata jaring, jenis ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll tidak mungkin memberi rekomendasi yang menyeluruh untuk seleksi bahan jaring. Semua nilai R tex adalah nominal dan berkenaan dengan netting yarn yang belum diselup dan belum diolah.

3. Warna Jaring
Warna jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari webbing. Warna float, ropes, sinkers dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net adalah webbing. Pada synthetic fibres, net preservation dalam bentuk pencelupan telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari twine dapat dibuat sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring untuk memperbesar fishing ability ataupun catch akan dapat lebih diusahakan. Dengan perkataan lain, warna jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan dapat diusahakan. Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor depth dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, dan pula sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat “terlihat” oleh ikan –ikan yang berbeda-beda. Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah dengan cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini barulah akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka hendaklah diusahakan bahwa efek jaring sebagai penghadang, sekecil mungkin.

A. HASIL TANGKAPAN

Karena jaring ini direntang pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Jenis-jenis ikan seperti cucut, tuna, yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga tak mungkin terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya sukar terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-belit (entangled). Jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis, misalnya herring, cod, halibut, mackerel, yellow tail, sea bream, tongkol, cakalang, kwe, layar, selar, dan lain sebagainya. Jenis-jenis udang, lobster juga menjadi tujuan penangkapan jaring ini.

B. DAERAH PENANGKAPAN
Pada umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah penangkapan adalah daerah pantai, teluk, dan muara-muara yang mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis.

 

C. ALAT BANTU PENANGKAPAN
Alat bantu penangkapan merupakan faktor penting untuk mengumpulkan ikan pada suatu tempat yang kemudian dilakukan operasi penangkapan. Alat bantu yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bottom gill net adalah :

v LAMPU / LIGHT FISHING
Kegunaan lampu untuk alat penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian melakukan operasi penangkapan dengan menggunakan gill net. Jenis-jenis lampu yang digunakan bermacam-macam antara lain :
~        Ancor / obor
~        Lampu petromak / starmking
~        Lampu listrk ( penggunaannya masih terbetas )

Faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan lampu adalah kekuatan cahaya lampu yang digunakan, selain itu juga ada beberapa faktor lain :
~        Kecerahan : Jika kecerahan kecil, berarti banyak partikel-partikel dalam air maka pembiasan cahaya terserap dan akhirnya tidak menarik perhatian dari ikan yang ada disekitarnya. Jadi kecerahan menentukan kekuatan lampu.
~        Gelombang, angin, arus : Akan mempengaruhi kedudukan lampu. Adanya faktor-fakttor itu menyebabkan kondisi sinar yang semula lurus menjadi bengkok.
~        Sinar bulan : Pada waktu bulan purnama sukar sekali mengadakan penangkapan menggunakan lampu karena cahaya terbagi rata, sadangkan penangkapan menggunakan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias sempurna dalam air.

v PAYAOS (RUMPON/ REBO)

Payaos merupakan rumpon laut dalam yang berperan dalam pengumpulan ikan pada tempat tertentu dan dilakukan operasi penangkapan. Payaos pelampungnya terdiri dari 60-100 batang bambu yang disusun dan diikat menjadi satu sehingga membentuk rakit (raft), selain dari bambu pelampung juga terbuat dari alumunium. Tali pemberat (tali yang menghubungkan antara pelampung dan pemberat) mencapai 1000-1500 m, terbuat dari puntalan rotan, bahan syntetik seperti polyethylene, nylon, polyester, polypropylene.
Sedangkan pemberat berkisar 1000-3500 kg yang terbuat dari batu dimasukkan dalam keranjang rotan dan cor-coran semen. Dan untuk rumbai-rumbainya digunakan daun nyiur dan bekas tali polyethylene dan ban bekas.

D. TEKNIK OPERASI

§ Setting
Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan pemasangan jaring bottom gill net oleh Anak Buah Kapal (ABK). Jaring bottom gill net dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat menghadang gerombolan ikan yang sebelumnya telah dipasangi rumpon, dan gerombolan ikan tertarik lalu mengumpul di sekitar rumpon maupun light fishing dan akhirnya tertangkap karena terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau dengan cara terpuntal.

§ Holling
Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul dirasa sudah cukup banyak, maka dilakukan holling dengan menarik jaring bottom gill net dari dasar perairan ke permukaan ( jaring ditarik keatas kapal ). Setelah semua hasil tangkap dan jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran.

E. HAL – YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANGKAPAN

v FAKTOR LUAR :
1. Keadaan Musim ( cuaca )
Karena fishing ground atau daerah penangkapan merupakan daerah teluk, sehingga baik buruknya musim atau cuaca akan mempengaruhi keberhasilan suatu penangkapan.

2. Keberadaan Resources (sumberdaya ikan)

Makin banyak jumlah unit dari suatu alat tangkap, maka akan tejadi over fishing sehingga keberadaan resources akan terancam. Hal ini akan mengurangi jumlah penagkapan di suatu daerah penangkapan. Untuk mengatasinya maka dilakukan pembatasan ukuran mesh size gill net itu sendiri.

3. Teknik Penangkapan

Apabila salah dalam pengoperasian alat tangkap maka akan didapatkan hasil tangkapan (catch) yang minimum.

4. Market (Pemasaran)

Pemasaran atau market ke daerah konsumsi atau tujuan juga mempengaruhi keberhasilan suatu penangkapan.

v FAKTOR DALAM :

1. Bahan Jaring
Supaya ikan mudah dapat terjerat pada mata jaring, maka bahan jaring harus dibuat sebaik mungkin. Bahan atau twine yang paling banyak digunakan adalah yang terbuat dari syntetis. Twine yang dipergunakan hendaklah “lembut tidak kaku, pliancy, suppleness”. Dengan demikian maka twine yang digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nylon, kremona, dan lain-lain sebagainya, dimana twine ini mempunyai fibres

yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami dan lain-lain yang fibres-nya keras tidak digunakan. Untuk mendapatkan twine yang lembut, ditempuh cara yang antara lain dengan memperkecil diameter twine ataupun jumlah pilin per-satuan panjang dikurangi, ataupun bahan-bahan celup pemberi warna ditiadakan.

2. Ketegangan rentangan tubuh jarring

Yang dimaksud rentangan disini ialah baik rentangan ke arah lebar demikian pula rentangan ke arah panjang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya tension baik pada float line ataupun pada tubuh jaring. Dengan perkataan lain, jika jaring direntang terlalu tegang maka ikan akan sukar terjerat, dan ikan yang telah terjeratpun akan mudah lepas. Ketegangan rentangan tubuh jaring akan ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force dari sinker dan juga shortening yang digunakan.

3. Shortening atau shrinkage

Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) pada mata jaring dan juga supaya ikan-ikan tersebut setelah sekali terjerat pada jaring tidak akan mudah terlepas, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup.
~        Tinggi Jaring Yang dimaksud dengan istilah tinggi jaring disini ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Jenis jaring yang tertangkapnya ikan secara gilled, lebih lebar jika dibandingkan dengan jaring yang tertangkapnya ikan secara entangled. Hal ini tergantung pada swimming layer dari pada jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

5. Mesh size

Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan bersikap selektif terhadap besar ukuran dari catch yang diperoleh. Oleh sebab itu untuk mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada pada suatu fishing ground, hendaklah mesh size disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang jumlahnya terbanyak pada fishing ground tersebut.

SUMBER BACAAN / DAFTAR PUSTAKA

·         Ayodhyoa,A.U. Fishing Methods. Bagian Penangkapan Ikan , Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 1975.
·         Ayodhyoa,A.U. Metode Penangkapan Ikan. Fakiltas Perikanan IPB. Bogor. 1974
·         FAO Catalogue of Small Scale Fishing Gear. Published by arrangement with the
·         Food and Agriculture Organization of the United Nations by Fishing New .
·         Fisherman’s Manual. Published by World Fishing. London. 1976.
·         Klust,Gerhard. Bahan Jaring Untuk Alat Penangkap Ikan. Team Penerjemah BPPI Semarang. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. 1987.
·         Nomura,Masatsune dan Tomeyoshi Yamazaki. Fishing Techniques (1). Japan International Cooperation Agency. Tokyo. 1977.
sumber info: rustadi64@gmail.com

alat tangkap payang
klasifikasi alat tangkap

http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com/2011/05/alat-penangkapan-ikan-gill-net.html

alat tangkap payang

ALAT TANGKAP PAYANG

Alat Penangkapan Ikan Payang
Alat tangkap payang
 sebagian masyarakat nelayan di wilayah kabupaten Mukomuko mencari ikan di laut dengan menggunakan jaring, atau Gillnet, namun demikian ada juga beberapa Nelayan lainnya yang menangkap ikan dengan alat yang lain terutama seperti payang.
Payang adalah termasuk alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal nelayan Indonesia. Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Kedua sayapnya berguna untuk menakut-nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan untuk masuk ke dalam kantong. Cara operasinya adalah dengan melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal.

Payang hampir dikenal di seluruh daerah perikanan laut Indonesia dengan nama yang berbeda-beda, antara lain: payang (Jakarta, Tegal, Pekalongan, Batang dan daerah lain di pantai utara Jawa), payang uras (Selat Bali dan sekitarnya), payang ronggeng (Bali Utara), payang gerut (Bawean), payang puger (daerah Puger), payang jabur (Padelengan/ Madura, Lampung), pukat nike (Gorontalo), pukat banting Aceh (Sumatera Utara, Aceh), pukat tengah (Sumatera Barat: Pariaman, Sungai Limau, Perairan Tiku), jala lompo (Kaltim, Sulsel), panja/pajala (Muna, Buton, Luwuk, Banggai), pukat buton (Air Tembaga, Gorontalo, Manokwari, Kupang, Kalabai, Kendari, Flores), jala uras (Sumbawa, Manggarai/Flores).

Konstruksi

Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari bagian kantong (bag), badan/ perut (body/belly) dan kaki/ sayap (leg/wing). Namun ada juga pendapat yang membagi hanya menjadi 2 bagian, yaitu kantong dan kaki. Bagian kantong umumnya terdiri dari bagian-bagian kecil yang tiap bagian mempunyai nama sendiri-sendiri. Namun bagian-bagian ini untuk tiap daerah umumnya berbeda-beda sesuai daerah masing-masing.
Besar mata mulai dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm (atau kadang kurang) sampai ± 40 cm. Berbeda dengan jaring trawl di mana bagian bawah mulut jaring (bibir bawah/underlip) lebih menonjol ke belakang, maka untuk payang justru bagian atas mulut jaring (upperlip) yang menonjol ke belakang. Hal ini dikarenakan payang tersebut umumnya digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagik yang biasanya hidup dibagian lapisan atas air atau kurang Iebih demikian dan mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah bila telah terkurung jaring. Oleh karena bagian bawah mulut jaring lebih menonjol ke depan maka kesempatan lolos menjadi terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong jaring.
Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat. Sedangkan bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung yang berukuran paling besar ditempatkan di bagian tengah dan mulut jaring. Pada kedua ujung depan kaki/sayap disambung dengan tali panjang yang umumnya disebut tali selambar (tali hela/tali tarik).

Metode pengoperasian

Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam maupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan) dengan menggunakan alat bantu lampu petromaks (kerosene pressure lamp). Sedang penangkapan yang dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon/payaos (fish aggregating device) atau kadang kala tanpa alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga ditempat yang dikira banyak ikan atau mencari gerombolan ikan. Kalau gerombolan ikan yang diburu tadi kebetulan tongkol dalam penangkapan ini disebut oyokan tongkol. Penggunaan rumpon untuk alat bantu penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih.
Penangkapan dengan payang dan sejenisnya ini dapat dilakukan baik dengan perahu layar maupun dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara 6 orang untuk payang berukuran kecil dan 16 orang untuk payang besar.

Daerah penangkapan
Daerah penangkapan dan payang ini pada perairan yang tidak terlalu jauh dan pantai atau daerah subur yang tidak terdapat karang. Hasil tangkapan terutama jenis-jenis pelagik kecil (layang, solar, kembung, lemuru, tembang japuh dan lain-lain). Hasil tangkapan sangat tergantung keadaan daerah dan banyak sedikitnya ikan yang berkumpul disekitar rumpon.

Musim penangkapan
Musim penangkapan dan payang ini sepanjang tahun, kecuali pada saat-saat tertentu di mana cuaca tidak memungkinkan seperti pada saat musim barat.

Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai dicuci dengan air tawar, bagian yang rusak diperbaiki, dikeringkan di tempat yang tidak kena sinar matahari secara langsung dan disimpan ditempat yang bersih.

Pengadaan alat dan bahan jaring
Alat dan bahan jaring bisa diperoleh di semua toko penlengkapan nelayan di lokasi terdekat atau bisa dipesan dan pabnik janing “PT. Anida” di Cirebon atau “PT Indoneptun” di Ranca Ekek Bandung. Payang termasuk alat yang produktifitasnya tinggi dan dikenal hampir diseluruh daerah perikanan laut Indonesia, namun yang paling banyak adalah di pantai utara Jawa termasuk Madura, Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Kisaran harga satuan peralatan
untuk wilayah kabupaten Mukomuko memang belum begitu ada perusahaan khusus yang menjual jenis alat tangkap tersebut, karena kebiasaan masyarakat di sekitarnya untuk pengadaan alat tangkap payang biasa membuat secara royongan , namun demikian  kisaran modal untuk pembuatan alat tersebut masih hampir sama kurang lebihnya dan tidak terlalu jauh .tapi sebagai informasi dari Dit.PKP Kisaran harga 1 unit alat tangkap payang Rp. 5,000,000-Rp. 7,000,000.-. Kisaran harga kapal termasuk mesin Rp. 15,000,000-20,000,000.-.

Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

DKPMM,Bidang Tangkap

http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com/2011/05/alat-tangkap-payang.html

Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan

oleh Rustadi

Mengenal Daerah Penangkapan Ikan
1. Karakteristik Daerah Penangkapan IkanKondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah sebagai berikut :
a)Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya datang bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan habitat ikan tersebut. Kepadatan dari distribusi ikan tersebut berubah menurut musim, khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai untuk habitat ikan, oleh karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi yang diperlukan sebagai daerah penangkapan ikan harus dimungkinkan dengan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya makanan untuk ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal dengan kehendak mereka sendiri menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka tinggal untuk waktu yang agak lebih panjang pada suatu tempat tertentu, tempat tersebut akan menjadi daerah penangkapan ikan.

b)Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan penangkapan ikan bagi nelayan. Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah penagkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi menjadi pelabuhan. Terkadang tempat tersebut memiliki arus yang menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian perlu memperhatikan untuk menghiraukan mengoperasikan alat tangkap. Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan memancing ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse seine.

Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi keadaan menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para nelayan juga harus mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan peralatan menangkap ikan.

c) Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis.
Ini sangat alamiah di mana manajemen akan berdiri atau jatuh pada keseimbangan antara jumlah investasi dan pemasukan. Anggaran dasar yang mencakup pada investasi sebagian besar dibagi menjadi dua komponen, yakni modal tetap seperti peralatan penangkapan ikan dan kapal perikanan, dan modal tidak tetap seperti gaji pegawai, konsumsi bahan bakar dan biaya perbekalan. Para manajer perikanan harus membuat keuntungan pada setiap operasi. Jika daerah penagkapan tersebut terlalu jauh dari pelabuhan, itu akan memerlukan bahan bakar yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut benar-benar memiliki harapan yang besar, usaha yang dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat yang lebih jauh. Nelayan yang dalam kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan manajemen usaha perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan efisiensi usaha perikanan seperti menggunakan mesin perikanan yang lebih efisien, kemudian kita dapat juga memperbesar kapasitas kita untuk menangkap ikan ke tempat yang lebih jauh.

Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh permintaan pasar untuk ikan. Permintaan untuk produk ikan akan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan dari tempat tersebut, sebagai contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai daerah penangkapan ikan. Jadi, daerah penangkapan ikan selalu memiliki nilai yang relatif, berhubungan dengan keseimbangan ekonomi, daerah penangkapan ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan di dalam pasar. Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah penangkapan ikan yang ekonomis dan efektif dari metode penangkapan ikan yang dimodernisasi.

2. Pemilihan Daerah Penangkapan Ikan
Hal pertama yang harus kita ketahui tentang keberadaan daerah penangkapan ikan menurut spesis ikan dan dari musim. Pemilihan daerah penangkapan ikan akan dibahas dengan sesuai pemahaman dari efisiensi, keuntungan dan ekonomi usaha perikanan. Metode pemilihan akan dibahas sebagai berikut :
a) Asumsi awal tentang area lingkungan yang cukup sesuai dengan tingkah laku ikan yang diarahkan dengan menggunakan data riset oseanografi dan meteorologi.

b) Asumsi awal tentang musim dan daerah penangkapan ikan, dari pengalaman menangkap ikan yang lampau yang dikumpulkan ke dalam arsip kegiatan penangkapan ikan masa lampau.

c) Pemilihan daerah penangkapan ikan yang bernilai ekonomis dengan mempertimbangkan dengan seksama jarak dari pangkalan, kepadatan gerombolan ikan, kondisi meteorologi, dan lain sebagainya.

3. Karakter Permukaan Dasar
Secara umum keadaan permukaan dasar mempunyai karakter yang ditunjukkan pada tabel kelautan. Sedimen lautan sendiri terdiri dari sedimen terrigeneous, hemi-pelagis dan sedimen pelagis.

Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Daerah Penangkapan Ikan dan Jenis-jenis dari Daerah Penangkapan Ikan
1. Tingkah Laku Ikan dan Kondisi dari Daerah penangkapan Ikan Tidak dapat dikatakan bahwa ikan hidup dimana saja di seluruh lautan. Menurut spesiesnya, ikan didistribusikan secara horizontal atau vertikal di pada daerah batasan tertentu. Daerah penangkapan ikan juga berbeda menurut garis lintang dan garis bujur seperti kedalaman air di mana ikan berada.

Alasan utama kenapa spesies ikan tertentu berkumpul di daerah tertentu diperkirakan jadi seperti berikut :
a) Ikan memilih kehidupan lingkungan yang sesuai untuk spesiesnya.
b) Mereka memburu sumber makanan yang berlimpah.
c) Mereka mencari tempat yang sesuai untuk memijah dan berkembang biak.
Dituntun oleh instingnya dan terbawa oleh arus musiman, ikan bergerak sesuai temperatur perairan, mencari makanan dan tempat memijah di perairan tersebut. Pergerakan ini disebut migrasi, dan pengalaman migrasi mereka selalu lebih baik sepanjang tahun. Migrasi yang untuk mencari makanan disebut food-seeking ground (pencarian daerah makanan). Kemudian migrasi untuk memijah disebut spawning migration dan area perairan dimana mereka memijah disebut spawning ground (daerah bertelur/memijah). Selama mereka bermigrasi dan dalam pencarian makanan dan daerah memijah, ikan tersebut bergerombol bersama dalam kelompok yang padat. Tempat tersebut yang penuh sesak dengan ikan secara alamiah menjadi daerah penangkapan ikan yang bagus untuk nelayan. Peristiwa dari gerombolan ikan haring di awal musim semi adalah satu contoh yang bagus dari migrasi ikan untuk mencari tempat memijah.

Di samping jenis ikan tersebut diatas di mana terjadi migrasi yang besar, ada spesies ikan lainnya di mana telah tertentu pada suatu daerah terbatas di lautan. Radius pergerakan mereka terbatas. Jenis utama dari pergerakan mereka adalah secara vertikal, yang dimana, mereka berpindah antara dasar dan permukaan air pada siang hari atau malam hari. Ada juga beberapa spesies yang berpindah antara perairan pantai yang dangkal dan perairan lepas pantai yang dalam sepanjang musim. Jenis pergerakan ini disebut secara horizontal atau perpindahan kedalaman. Ikan yan tinggal menetap terus-menerus juga menjadikan daerah penangkapan ikan yang bagus untuk nelayan.

Variasi kondisi dari laut memberi dampak perubahan pada daerah penangkapan ikan. Lautan dipengaruhi oleh arus hangat dan arus dingin. Ikan memilih masing-masing perairan tempat tinggal mereka menurut kisaran temperatur optimum mereka. Pada continental shelf yang mana adalah daerah subur yang terdapat aliran nutrisi garam dari daratan pantai adalah suatu daerah penangkapan ikan yang baik untuk ikan yang menetap terus-menerus. Jumlah plankton yang besar berkembang pada pusaran yang terbentuk oleh arus atau bentuk konvergen dari arus dingin dan arus hangat. Organisme ini menarik bagi makhluk hidup secara umum, khususnya ikan yang berkumpul bersama pada titik daerah pencarian makanan mereka. Tempat seperti itu juga disebut daerah penangkapan ikan yang bagus. Area selanjutnya di mana dasar lautan naik menjorok dan membentuk apa yang disebut sea bank (gugus laut) juga sesuai untuk daerah penangkapan ikan.

Kebanyakan gugus laut berada lebih dangkal dibandingkan 400 meter pada kedalaman. Asal usul gugus laut dibagi menjadi dua: vulkanik dan tektonik. Berbicara secara umum, bentuk dari kehidupan pada gugus laut adalah lebih berlimpah dan bervariasi daripada di continental shelf. Banyaknya perpindahan dan ikan demersal yang ditemukan di gugus laut membuatnya jadi suatu daerah penangkapan ikan yang bagus. Pengetahuan tentang oseanografi seperti itu akan bermanfaat ke arah peningkatan produksi perikanan.

2. Jenis-jenis dari Daerah Penangkapan Ikan
Klasifikasi daerah penangkapan ikan sering dibuat berdasarkan materi sebagai jenis ikan yang akan ditangkap, jenis dari alat tangkap yang digunakan, daerah perairan di mana usaha perikanan dioperasikan dan area lautan di mana usaha perikanan beroperasi :
a) Spesies dari ikan: tuna dan skipjack fishing ground, salmon fishing ground, dan sebagainya.

b) Jenis alat tangkap ikan: trawl fishing ground, long line fishing ground, fixed-net fishing ground, pole and line fishing ground, surrounding-net (jaring lingkar) fishing ground, dan sebagainya.

c) Kawasan perairan: daerah penangkapan dalam laut atau permukaan, daerah penangkapan yang dekat dengan pantai, daerah penangkapan pantai dan daerah penangkapan pada perairan darat.

d) Kawasan laut: daerah penangkapan di Pasifik Utara, daerah penangkapan di Laut China Selatan, daerah penangkapan di China Bagian Tenggara, dan lain sebagainya.
Tetapi daerah daerah penangkapan ikan secara umum diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama berikut: daerah penangkapan ikan di perairan pantai dan di laut lepas, atau daerah penangkapan ikan pelagis (atau bergerak cepat) dan ikan perairan dasar secara berturut-turut.

1. Daerah penangkapan ikan di perairan pantai Pada keadaan normal, pesisir pantai memiliki banyak daerah penangkapan ikan yang bagus. Produksi perikanan dari daerah ini dengan baik meningkat dari tahun ke tahun. Daerah penangkapan ikan di perairan pantai termasuk meliputi usaha rumput laut, ikan dan kerang-kerangan dan untuk jenis yang khusus bergerak seperti ikan haring, ikan salmon, ikan ekor kuning, ikan tuna dan ikan laut air tawar yang mendekati daerah pantai untuk mencari makanan atau untuk memijah.

Daerah penangkapan ikan di perairan pantai ini mungkin dibagi lagi ke dalam trap-net (jaring perangkap) fishing ground, small trawling (pukat tarik yang kecil) fishing ground, driving in net fishing ground, beach seine (pukat pantai) fishing ground, hand purse seine (purse seine tangan) fishing ground, surrounding net (jaring lingkar) fishing ground, pole and line fishing ground, dan lain sebagainya.

Untuk tujuan konservasi sumberdaya perikanan di pesisir perairan pantai dan menjaga mutu dari daerah penangkapan ikan, ukuran harus diambil di sepanjang garis pembangunan pada pembatas di laut, penangkaran buatan dan melepaskan anak ikan lalu menjaganya. Ini juga sangat penting untuk pemeliharaan dan pembangunan dari nilai mutu dari daerah penangkapan ikan, untuk menghasilkan pemahaman dan kerja sama dari nelayan untuk konservasi sumberdaya perikanan sama halnya sesuai pengambilan keputusan dan manajemen dari administrasi perikanan.

2. Daerah penangkapan ikan pelagis
Salah satu contoh ikan pelagis di Lautan Pasifik adalah ikan skipjack. Daerah penangkapan untuk ikan skipjack utamanya berlokasi pada lapisan subtropis yang konvergen yang dibentuk oleh pertemuan aliran arus hangat dan arus dingin. Spesies ikan lainnya yang bermigrasi, di kedua jenis arus hangat dan dingin, seperti ikan tuna dan ikan salmon, secara musiman naik menuju utara atau turun ke selatan untuk mencari makanan di dalam pusaran air atau arus rip yang dibentuk oleh pertemuan dua aliran arus.

Lebih lanjut, bentuk topografi yang rumit pada pantai dan perairan sampai kedalaman 200 meter di mana arus dasar laut naik keatas dan bercampur dengan massa air hangat pada bagian atas, menghasilkan plankton dalam jumlah yang sangat besar yang dimana mengundang ikan untuk bermigrasi dan menetap di sana. Area migrasi ikan skipjack, tuna dan salmon di Pasifik adalah sangat luas dan hampir tak terhingga dari bagian atas garis katulistiwa hingga ke perairan daerah utara.

Tapi hal itu harus diperhatikan bahwa daerah penangkapan ikan yang sesuai untuk spesies ikan pelagis adalah hampir terbatas pada daerah arus rip di perairan tersebut.

3. Daerah penangkapan ikan demersal
Pada continental shelf (paparan benua) di mana umumnya terdapat pada kedalaman 200 m adalah sangat sesuai untuk ikan demersal atau yang hidup di dekat dasar laut. Kolom perairan yang kedalamnya lebih dari 400 m adalah sangat tidak sesuai untuk ikan, kecuali beberapa spesies yang khusus. Makhluk hidup pada dasar laut termasuk yang selalu tinggal di satu tempat, meliputi pergerakan secara horizontal atau pada kedalaman dan pergerakan menuju daerah dangkal, atau secara musiman membuat suatu migrasi yang panjang.

Pada continental shelf dimana terdapat pasir atau berbagai bahan organik lain yang mengalir dari perairan pantai lalu mengendap, sebagian besar menjadi pupuk dan sesuai untuk pertumbuhan plankton. Oleh karena manfaat dari daerah paparan (shelf), pada daerah pesisir pantai atau pintu masuk perairan adalah daerah penangkapan yang ideal untuk kerang-kerangan dan rumput laut, khususnya ikan-ikan kecil. Ketika melakukan penangkapan ikan, jaring yang tarik di dasar perairan (bottom drag nets) adalah yang paling sering digunakan. Beberapa spesies ikan pelagis mungkin tertangkap di perairan tersebut.

Tapi kolom perairan yang lebih dari kedalaman 800 meter, meskipun ada ditemukan beberapa spesies ikan, sangat tidak sesuai untuk digunakan sebagai daerah penangkapan ikan bukan hanya karena kesulitan dalam operasi penangkapan ikan tetapi juga jarangnya terdapatsumberdaya perikanan.

3. Exploitasi Daerah Penangkapan ikan dan Pemeliharaannya
Dengan mulai ditingkatkannya konstruksi kapal perikanan menjadi berukuran besar, modernisasi pada peralatannya dan pengenalan pada peningkatan peralatan observasi untuk keperluan penangkapan ikan, luas dari daerah penangkapan ikan semakin diperbesar.

Adalah menjadi hal vital yang sangat penting demi pengembangan daerah penangkapan ikan dengan persiapan melalui kapal perikanan yang sempurna dan dengan kru kapal yang terlatih dengan baik, bersama dengan seluruh ilmu pengetahuan praktis dan pengetahuan oseanografi dan ilmu tentang sumberdaya perikanan yang ditambah dengan studi berbagai faktor penilaian dan pengamatan oseanografi. Arus rip, temperatur air, salinitas dan kecerahan pada daerah penangkapan ikan di lepas pantai seperti halnya temperatur air pada lapisan pertengahan dan lapisan bawah adalah faktor yang sangat penting untuk tujuan operasi penangkapan ikan. Sebagai contoh, pengenalan detektor akustik untuk penangkapan ikan telah membawa revolusi operasi penangkapan ikan. Pengembangan dari echo sounder juga telah memperjelas keadaan dasar laut yang mana dahulu tidak diketahui nelayan. Sebagai hasil, ruang lingkup penangkapan ikan, yang mana dahulu dioperasikan dengan hanya melihat gerombolan ikan pada bagian atas permukaan air, sekarang telah dikembangkan untuk menjadi lebih vertikal dan pada waktu yang bersamaan tipe yang lebih efektif dari usaha perikanan.

Sumberdaya perikanan di daerah perairan yang sangat luas nampak seperti tidak akan ada habis-habisnya pada pengamatan pertama. Tapi jika hal tersebut diabaikan ke exploitasi yang bersifat agresif dengan mekanisasi terbaru operasi penangkapan yang tanpa menghiraukan ketentuan konservasi dalam mengambil sumberdaya, maka seluruh daerah penangkapan ikan akan mengalami kerusakan. Lagipula, dan tidak adanya larangan menangkap ikan yang memijah dan anak ikan atau ikan muda akan menghancurkan stok persediaan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, ketentuan pencegahan yang melawan penangkapan ikan secara berlebihan pada tingkat nasional dan tingkat internasional tentu saja merupakan hal yang penting demi pemeliharaan dan penjagaan daerah penangkapan ikan secara luas. Inilah alasannya mengapa berbagai konvensi internasional dan hukum nasional telah ditetapkan di seluruh dunia.

Dalam rangka meningkatkan jumlah yang optimal, pemanfaatan sumberdaya perikanan, oleh karena itu, studi dan riset harus diintensifkan sepanjang batas pengembangan daerah penangkapan ikan pada satu sisi dan pemeliharaan dan penjagaan mereka pada sisinya

sumber:
http://rustadi29.blogspot.com/search/label/perikanan%20tangkap